
5 Gudeg Enak di Jogja yang Bikin Kangen
Hari ini, tiba-tiba saya kangen sama Jogja. Saya pernah tinggal di Jogja selama beberapa tahun sebelum memutuskan kembali ke Jakarta. Jogja itu bikin kangen.
Selain suasana yang nyaman dan biaya hidup yang murah, ada hal lain yang membuat saya kangen Jogja, yaitu kulinernya. Kulineran di Jogja enggak hanya enak di lidah tapi juga enak di kantong 😁 hehehe… Salah satu makanan khas Jogja yang bikin kangen adalah gudeg enak di Jogja.
Sebenarnya saya bukan pencinta makanan/lauk manis. Tapi tinggal beberapa tahun di Jogja membuat saya terbiasa dengan rasa manis dan gurihnya gudeg. Waktu pertama kali tinggal di sana, saya sempat kaget karena menu sarapan yang banyak dijual oleh pedagang adalah nasi gudeg.
Kalau di Jakarta, saya terbiasa sarapan cepat dengan roti karena perjalanan dari rumah ke kantor memakan waktu kurang lebih 2 jam. Sedangkan sewaktu di Jogja, perjalanan saya dari rumah kos ke kantor dengan berjalan kaki hanya membutuhkan waktu 15 menit.
Belum dihitung dengan menyapa kucing-kucing di jalanan menuju kantor😅. Sebelum ke kantor, saya sempatkan diri untuk membeli gudeg di pinggir Jalan Purwanggan.
Sempat merasa aneh dengan menu sarapan yang manis ini, akhirnya saya mulai terbiasa. Saya juga baru tahu, kalau gudeg enggak hanya dipasangkan dengan nasi dan krecek, tapi juga dengan bubur.
Kebanyakan untuk anak-anak memang memilih bubur dibandingkan dengan nasi. Untuk saya sendiri, saya lebih menyukai nasi gudeg dibandingkan dengan bubur gudeg.
Nasi gudeg dengan tambahan ayam suwir, krecek, areh (kuah santan), dan enggak lupa cabe rawit supaya bisa meningkatkan semangat di pagi hari.😃
Setelah kembali ke Jakarta, kalau berlibur ke Jogja, saya selalu menyempatkan waktu ke tempat-tempat gudeg yang enak di Jogja yang rasanya ngangenin. Ada lima gudeg yang saya suka di Jogja dan rasanya selalu bikin kangen.
Tiga diantaranya adalah legendaris yang sudah ada bertahun-tahun. Bahkan ada yang sudah mencapai seabad. Mau tahu 5 gudeg yenak di Jogja yang ngagenin? Yuk, lanjut bacanya.
5 Gudeg Enak di Jogja
Gudeg Mbok Lindu

Salah satu gudeg legendaris dan paling dicari di Jogja adalah Gudeg Mbok Lindu. Biasanya kalau saya jalan pagi di daerah sekitaran Malioboro, selain sarapan nasi pecel madiun, saya akan memilih sarapan di gudeg legendaris Mbok Lindu. Mbok Lindu ini sudah berjualan gudeg sejak tahun 1940-an atau saat kolonial Belanda.
Konon, resep yang digunakan untuk gudeg ini diturunkan dari ibu Mbok Lindu dan enggak pernah diubah sampai dengan sekarang. Saat ini, yang melayani para pembeli adalah salah satu dari anaknya yaitu Ibu Rutiyah. Lapak gudeg mbok Lindu berada di pos ronda di samping Hotel Grage Ramayana yang terletak di Jalan Sosrowijayan.
Kalau dari Stasiun Tugu, Jalan Sosrowijayan terletak di sebelah kanan dari Jalan Malioboro. Tepatnya belokan setelah Jalan Pasar Kembang dan sebelum Jalan Dagen. Bagi yang turun kereta di pagi hari, kamu bisa langsung sarapan di sini karena Gudeg Mbok Lindu sudah ada dari jam 5 pagi sampai dengan 10 pagi.
Tipe gudeg Mbok Lindu ini tipe gudeg basah. Yang saya suka dari gudeg ini adalah rasa manisnya yang pas dan aromanya yang khas. Gudeg yang dimasak di atas arang, aromanya sangat menggoda selera.
Ayamnya pun menggunakan ayam kampung yang telah dimasak sampai dengan empuk dan terasa lembut di lidah. Arehnya yang gurih sangat cocok disandingkan dengan sambal kreceknya yang kenyal dan sedikit pedas.
Bagi pecinta pedas, jangan lupa tambahkan cabe rawit yang segar untuk menambah kenikmatan saat menyantap nasi gudeg ini.
Selain ayam, para pembeli juga bisa memilih lauk lainnya seperti tempe, tahu, telur, atau uritan yang manis dan gurih sebagai lauk tambahan yang lain. Untuk seporsi nasi gudeg ini dihargai sekitar Rp.15 ribu – Rp.35 ribu, tergantung dengan lauk yang dipilih.
Gudeg mbok Lindu ini memang banyak penggemarnya, jadi antriannya lumayan banyak dan tanpa menggunakan nomor antrian. Tapi pastinya tetap dilayani kok. Jadi harap bersabar ya.
Tips: kalau mau take away, antriannya di sebelah kiri dari pembeli ya, mendekat ke ibu-ibu yang duduk dekat besek (anyaman bambu untuk membungkus gudeg).
Gudeg Permata Bu Narti
Jika lapak Gudeg mbok Lindu adanya pagi hari, kalau lapak Gudeg Permata Bu Narti baru buka saat banyak orang beranjak tidur di malam hari. Waktu tinggal di Jogja, biasanya saya suka bingung mau makan malam apa.
Selain ayam/lele penyet yang sambalnya endeuuusss banget di Jalan Hayam Wuruk, saya akan menunggu waktu malam tiba untuk menikmati gudeg legendaris yang sudah ada dari tahun 1951 ini.
Gudeg Permata Bu Narti yang terletak di ujung Jalan Gajah Mada dahulu dikenal dengan nama Gudeg Permata Bu Pujo. Lokasinya tepat di sisi bioskop Permata yang sekarang sudah tidak berfungsi lagi.
Dari rumah kos, saya hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit berjalan kaki untuk sampai ke sana. Sebenarnya saya agak takut juga untuk pergi ke sana sendirian.
Jadi kadang saya akan menjemput teman saya yang nge-kos di antara rumah kos saya dan Gudeg Permata. Menyantap gudeg ini pas banget untuk orang-orang yang suka lapar di malam hari (seperti saya) 😁 atau yang iseng kulineran malam hari.
Walau sudah malam, banyak orang yang mengantri untuk makan Gudeg Permata ini. Untuk membelinya, para pembeli akan diberikan nomor antrian supaya bisa dilayani dengan teratur.
Memilih menu yang diinginkan juga tinggal menunjukkan jari telunjuk ke arah deretan lauk yang ada di depan pembeli. Setelah mendapatkan makanan yang diinginkan, para pembeli bisa memilih tempat duduk atau lesehan.
Jenis gudeg di Gudeg Permata Bu Narti adalah gudeg basah namun rasanya yang enggak terlalu manis. Saat nasi dan gudeg dibasahi dengan areh, ditambah dengan rasa pedas dari sambal krecek membuat cita rasanya menari-nari di lidah.
Selain ayam kampung, ada juga uritan, telur, tempe, tahu, dan ati ampela sebagai teman gudeg. Menyantap nasi gudeg bisa juga ditemani dengan gorengan tempe yang hangat dengan pedasnya cabe rawit yang menggigit.
Sedangkan minumannya bisa dipesan teh panas atau jeruk panas. Harganya dipatok mulai dari Rp.10.000 tergantung dengan lauk yang kamu pilih. Setelah makan ini, pastinya hati senang dan tidur pun nyenyak.
Biasanya kalau saya ingin membawa pulang ke Jakarta sebagai oleh-oleh. Saya akan bilang ke ibunya dan minta arehnya dipisah, lalu saya masukkan ke dalam lemari es di dalam wadah kedap udara agar rasanya tetap terjaga keesokan harinya.
Gudeg Yu Djum Wijilan

Gudeg Yu Djum ini adalah gudeg yang pertama kali saya makan waktu pertama kali ke Jogja. Gudeg yang satu ini memang gudeg legendaris yang paling dikenal oleh orang Jogja dan juga wisatawan dari luar Jogja.
Pemilik dari gudeg legendaris ini adalah almh.Ibu Djuwariyah dari tahun 1951 yang sudah menjual gudeg semenjak beliau remaja sampai memiliki beberapa cabang di Jogja.
Jenis gudegnya adalah gudeg kering, jadi dapat bertahan lama. Sama seperti rendang, gudeg dapat dimasukkan ke dalam lemari pendingin kemudian dihangatkan jika ingin disantap.
Semakin dihangatkan semakin enak. Karena dapat bertahan lama, banyak wisatawan luar kota Jogja yang membawanya sebagai oleh-oleh. Bahkan outlet Gudeg Yu Djum salah satunya terletak di Bandara Adi Sucipto.
Warna gudegnya yang coklat, senada dengan warna ayam kampung, telur, dan tempe, tahu dan rempela ati. Warnanya yang gelap tersebut menandakan rasanya yang manis.
Sebagai pencinta pedas, saya kurang suka dengan rasanya yang terlalu manis menurut saya. Namun saya akan menyiasatinya dengan mengaduknya dengan sambal krecek dan menambah cabe rawit yang segar 😃. Perpaduan rasa pedas manis terasa memanjakan lidah saat menyantapnya.
Kalau ingin membawa pulang nasi Gudeg Yu Djum sudah ada paketan yang tersedia. Tapi saya kurang suka dengan menu yang dipasangkan karena semuanya dipasangkan dengan telur. Menurut saya harganya juga lebih mahal dibandingkan dengan yang lain.
Gudeg Sagan
Gudeg enak lainnya di Jogja adalah Gudeg Sagan yang terletak di Jalan Prof. Ir. Herman Yohanes atau yang lebih dikenal dengan Jalan Sagan. Lokasinya enggak jauh dari perempatan Galeria Mall dan Kampus UGM.
Dulunya, Gudeg Sagan adalah kaki lima dengan konsep lesehan yang terletak di kanan jalan, tepatnya di depan toko elektronik. Kalau sekarang, tempat makan satu ini sudah memiliki tempat dengan banyak kursi dan meja yang cukup menampung para penikmat gudeg dari pagi sampai malam hari.
Sayangnya karena lokasinya di pinggir jalan, jadi lahan parkir yang tersedia sangat terbatas. yang satu ini berbeda dengan gudeg lainnya.
Tempat ini adalah salah satu tempat favorit bagi anak muda maupun keluarga untuk menikmati hidangan khas Jogja ini. Selain lokasinya strategis di tengah kota, tempatnya juga nyaman dan bersih.
Harga makanan yang ditawarkan enggak terlalu mahal. Dimulai harga Rp. 8 ribu sampai dengan Rp.30 ribu. Bukanya mulai jam 11 pagi sampai dengan tengah malam.
Gudeg di sini berjenis gudeg basah. Rasanya sangat pas, enggak terlalu manis. Jika gudeg lainnya memiliki areh yang berwarna kecoklatan atau coklat pekat, di sini kuah arehnya berwarna krem keputihan. Walau warna arehnya krem tapi rasa sangat enak dan ringan di mulut.
Ayam yang digunakan adalah ayam kampung yang sudah diungkep sampai dengan bumbu-bumbunya menyerap dan sangat lembut saat di makan. Untuk kreceknya, lumayan besar-besar potongannya dan rasanya juga pedas.
Rasa manis dari gudeg dan gurihnya areh bercampur dengan rasa pedas dari sambal kreceknya seakan meledak di mulut. Ahhh…membayangkannya saja jadi tambah kepengen. 😅
Gudeg Purwanggan
Gudeg satu ini adalah gudeg yang hampir selalu saya makan setiap hari kerja sebagai sarapan atau makan siang waktu tinggal di Jogja. Gudeg ini juga dikenal dengan Gudeg Mba Yani. Mba Yani ada setiap hari jam 6 pagi sampai sehabisnya. Biasanya habis sebelum jam 10 pagi.
Lapak sederhananya terletak di sebelah kiri Jalan Purwanggan dekat dengan sebuah warung. Gudeg dan menu lainnya diletakkan di atas meja kecil. Jenis gudeg yang dijajakan adalah gudeg kering.
Biasanya saya memesan nasi gudeg dan suwir ayam yang ditambahkan dengan krecek dan beberapa cabe rawit. Rasanya juga enggak terlalu manis dan pedasnya juga sangat pas dengan lidah saya. Harganya sangat terjangkau, mulai Rp.8 ribu sampai Rp.15 ribu.
Nah, itu tadi adalah lima gudeg enak di Jogja yang bikin kangen. Makan gudeg enggak hanya bikin kenyang, tapi juga bisa bikin hati senang. Mengingat rasanya pun bikin ngangenin.
Masih banyak gudeg enak lainnya yang enggak hanya legendaris, tapi juga unik. Namun sayangnya saya belum sempat mencoba gudeg lainnya tersebut. Apakah kamu ada rekomendasi gudeg enak di Jogja lainnya yang kamu sukai?

