5 Tips Membangun Budaya Literasi Keluarga Milenial
Self-Improvement

5 Tips Membangun Budaya Literasi Keluarga Milenial

Peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam membangun budaya literasi keluarga. Kita pun selalu diingatkan bahwa literasi adalah hak asasi manusia yang mendasar di Hari Aksara Internasional yang dirayakan setiap tanggal 8 September dengan tema yang berbeda setiap tahunnya.

Tema yang diangkat di peringatan Hari Aksara Internasional 2019 ini adalah Literacy and multilingualism (literasi dan penggunaan banyak bahasa). Tentunya tema ini sangat berhubungan dengan tantangan globalisasi dan perkembangan era digital sekarang ini.

Dalam lima tahun tahun terakhir, persentase buta huruf di Indonesia semakin menurun. Jika di awal kemerdekaan tingkat buta aksara dari penduduk Indonesia adalah 97% karena pada masa penjajahan pendidikan hanya diberikan pada kalangan priyayi atau ningrat.

Di era digital yang sekarang teknologi semakin pesat, tingkat melek huruf penduduk Indonesia ada lebih dari 98%. Tentunya keberhasilan dari meningkatnya melek huruf tidak lepas dari peran keluarga dan masyarakat. Namun, era baru = tantangan baru dalam membangun budaya literasi keluarga milenial.

Literasi Keluarga Milenial

Keluarga adalah elemen pendidikan pertama dalam membentuk pola pikir, perilaku, dan menanamkan budaya literasi kepada anak-anak. Selain itu, peran keluarga juga tidak lepas dalam menciptakan generasi muda yang tidak saja senang membaca tapi juga memiliki keterampilan dan mampu mengolah informasi agar bisa bersaing di era globalisasi dan digital ini.

Memperkenalkan dan menanamkan dunia literasi pada anak-anak sejak dini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Berikut adalah beberapa tips bagaimana membangun budaya literasi keluarga milenial yang bisa dicoba di rumah:

1. Orangtua membaca

5 Tips Membangun Budaya Literasi Keluarga Milenial
Image by Felix Wolf from Pixabay

Anak-anak belajar berperilaku dan berkomunikasi dengan orangtua dan lingkungan sekitar dengan cara mengamati dan meniru dari orang-orang terdekatnya. Jadi salah satu cara untuk membangun minat baca anak-anak sejak dini adalah dengan melihat orang tuanya suka membaca.

Kecintaan saya dengan buku menurun dari almarhum ayah saya gemar membaca buku. Sejak kecil, saya selalu melihat ayah yang melahap setiap halaman koran atau buku dengan nikmat. Walau beliau seringkali pergi tugas ke luar daerah dalam jangka waktu yang lama, saat di rumah beliau membangun budaya literasi di keluarga kami dengan cara memberikan contoh bagaimana nikmatnya membaca setiap ada waktu luang, terutama di pagi hari.

2. Membaca buku

Dunia terus akan berkembang dan teknologi akan terus berinovasi. Namun, sayangnya, membaca buku atau koran sudah jarang dilakukan oleh kebanyakan orang, khususnya para orang tua. Bisa dibilang kebiasaan ini semakin tergerus karena semakin banyak orang tua yang memilih gawai untuk mengakses informasi dan menghabiskan waktunya.

Tentunya anak-anak belum bisa membedakan apakah orang tua mereka membaca, bermain gim, atau menonton YouTube ketika mereka sibuk dengan gawainya. Jadi menurut saya, buku tetap menjadi pilihan pertama untuk menanamkan budaya literasi keluarga. Dengan buku, siapa pun bisa bebas berimajinasi dan berkelana kemana pun. Dengan buku, kita juga bisa belajar fokus tanpa terganggu notifikasi dari suatu aplikasi.

3. Mulailah sejak dini

5 Tips Membangun Budaya Literasi Keluarga Milenial
Image by 2081671 from Pixabay

Ada banyak manfaat dengan memperkenalkan dunia literasi kepada anak-anak sejak dini. Dengan membaca buku,  melihat gambar, dan juga mendengarkan orang tua bercerita, maka selain imajinasi anak-anak akan terlatih,  perbendaharaan katanya pun akan bertambah.

Salah satu contohnya dapat saya lihat dari keponakan saya sendiri. Namanya Zeela dan ia baru berusia 3 tahun. Namun salah satu hobinya selain naik kuda adalah membaca buku. Sejak usia belum genap 1 tahun, orangtuanya sudah memperkenalkannya dengan buku.

Ia juga sangat antusias saat orangtuanya bercerita atau saat ia melihat gambar-gambar hewan di buku. Memegang buku dan membolak-balik setiap halamannya sudah menjadi kebiasaannya setiap hari. Sampai sekarang, ketika menjelang tidur, ia pun akan meminta orangtuanya untuk bercerita atau membuka salah satu buku favoritnya sampai ia terlelap.

4. Menjalin komunikasi

Ada banyak hal positif di era teknologi tinggi ini, namun ada juga hal negatifnya. Selain untuk bersosialisasi, tentunya para orangtua ingin tetap update dengan berita yang sedang trending. Namun, terkadang orang tua lupa waktu ketika sibuk dengan gawai. Hal ini dapat berdampak terganggunya komunikasi antara orang tua dan anak-anak.

Karena ketika orangtua bercerita dan memulai komunikasi dengan anak-anaknya sejak dini secara rutin, maka mereka telah menanamkan kosa kata ke dalam otak. Selain itu dengan berkomunikasi, orangtua dapat melatih cara berpikir dan berkomunikasi anak-anaknya.

Waktu keponakan saya, Zeela, masih sekitar 1 tahun, ia mulai berlatih mengucapkan kata-kata yang sering orangtuanya ajarkan dengan gerakan-gerakan sederhana. Di usianya sekarang yang ke tiga tahun, ia sudah memiliki banyak kosa kata dan suka bercerita.

Sejak memiliki adik, orangtuanya pun selalu menyempatkan waktu untuk jalan-jalan hanya bersama Zeela agar komunikasi tetap terjaga. Ia bisa bebas bercerita apa saja, tentang kegiatannya di sekolah, tentang kesukaannya akan kuda dan buku, atau tentang adiknya.

Setelah saya perhatikan, menjalin komunikasi yang baik juga dapat melatih anak-anak menangkap informasi serta mengolahnya menjadi kalimat-kalimat yang mendukung ceritanya. Ia pun selalu antusias jika bercerita tentang banyak hal kepada saya atau anggota keluarga lainnya.

5. Menciptakan lingkungan yang ramah literasi

5 Tips Membangun Budaya Literasi Keluarga Milenial
Image by Виктория Бородинова from Pixabay

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang ramah literasi di rumah adalah dengan menyediakan buku-buku di rumah. Selain itu keberadaan rak buku dan ruang membaca di dalam rumah dapat menarik orangtua dan anak untuk membaca.

Luangkan waktu untuk membaca bersama keluarga di rumah.Jangan sungkan untuk mengajak anak-anak membaca atau berdiskusi mengenai buku yang mereka baca. Selain buku, metode belajar sambil bermain dapat dilakukan di rumah. Ada beberapa permainan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan literasi anak, seperti permainan menyusun huruf menjadi sebuah kata (scramble), tebak kata dari suatu gerakan, kartu memori, atau puzzle.

Selain itu, tamasya literasi dengan berkunjung ke perpustakaan nasional atau toko buku untuk mengeksplor buku-buku yang mereka suka bisa menjadi pilihan alternatif untuk rekreasi di akhir pekan. Di Indonesia sekarang ini terdapat 164.610 perpustakaan umum yang bisa dikunjungi. Berikut adalah jadwal operasional layanan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta:

Senin – Kamis : 08.30 – 18.00 WIB
Jumat : 09.00 – 18.00 WIB
Sabtu – Minggu : 09.00 – 16.00 WIB

Nah, itu adalah lima tips untuk membangun budaya literasi keluarga milenial. Apakah kamu punya tips lainnya untuk untuk membangun budaya literasi keluarga sekarang ini?


What’s your Reaction?
+1
5
+1
1
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
error: Content is protected!